Rabu, 01 Agustus 2012

Psikologi Perkembangan Anak Usia 2-4 Tahun



2.1.1. Menurut Elizabeth Hurlock
Usia 2 sampai dengan 6 tahun merupakan masa awal kanak-kanak. Masa awal kanak-kanak merupakan penutup masa bayi dan usia dimana ketergantungan telah dilewati, digantikan dengan tumbuhnya kemandirian. Periode ini berakhir
menjelang usia masuk Sekolah Dasar.
Ciri masa awal kanak-kanak dapat terlihat dari sebutan-sebutan yang diberikan oleh para orang tua, pendidik, dan psikolog. Para orang tua menyebut masa kanak-kanak awal sebagai usia sulit yang banyak mengundang masalah terutama berkaitan dengan masalah prilaku. Para orang tua juga mengatakannya sebagai usia bermain sebab anak-anak banyak menghabiskan sebagian besar waktunya dengan bermain. Menurut para pendidik, usia 2 sampai dengan 6 tahun adalah usia prasekolah yang merupakan masa persiapan sebelum memasuki kehidupan sekolah yang penuh dengan tekanan dan tanggung jawab. Sementara itu, para psikolog menyebut masa ini dengan banyak sebutan, yakni:
▪ Usia kelompok yang merupakan masa dimana anak-anak mempelajari dasar-dasar prilaku sosial sebagai persiapan bagi kehidupan sosial yang lebih tinggi yang diperlukan untuk penyesuaian diri sewaktu mereka memasuki kelas 1 sekolah dasar.
▪ Usia menjelajah sebab periode ini adalah masa dimana anak-anak ingin mengetahui keadaan lingkungannya, bagaimana mekanismenya, bagaimana perasaannya, dan bagaimana ia dapat menjadi bagian dari lingkungannya.
▪ Usia bertanya dimana anak berusaha menjelajahi lingkungannya dengan banyak bertanya.
▪ Usia meniru dimana anak-anak suka sekali meniru pembicaraan dan tindakan orang lain.
▪ Usia kreatif yang merupakan masa dimana anak-anak lebih menunjukkan kreativitas dalam bermain dibandingkan dengan masa-masa lain dalam kehidupannya. Awal masa kanak-kanak dianggap sebagai saat belajar yang tepat untuk mencapai berbagai keterampilan sebab pada masa ini anak gemar melakukan kegiatan mengulang yang penting untuk mempelajari keterampilan. Pada rentang usia ini, anak menjadi pemberani dan senang mencoba hal-hal baru.
Selama masa awal kanak-kanak, anak-anak memiliki keinginan yang kuat untuk belajar berbicara. Hal ini disebabkan karena berlajar berbicara merupakan sarana pokok dalam sosialisasi dan belajar berbicara juga merupakan sarana untuk memperoleh kemandirian.
2.1.2. Menurut Jean Piaget
Berdasarkan penelitiannya, Piaget mengungkapkan bahwa kemampuan belajar dipengaruhi oleh fase-fase perkembangan yang berkaitan dengan perubahan usia. Piaget membagi perkembangan dalam hidup manusia menjadi 4 fase sebagai berikut:
(Zulkifli L.,Psikologi Perkembangan, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005, hal. 21)
1. Fase Sensori Motorik (usia 0-2 tahun)
Aktivitas kognitif didasarkan pada pengalaman langsung panca indera. Aktivitas belum menggunakan bahasa. Pemahaman intelektual muncul di akhir fase ini.
2. Fase Pra Operasional (usia 2-7 tahun)
Anak tidak terikat lagi pada lingkungan sensori. Kesanggupan menyimpan tanggapan bertambah besar. Anak suka meniru orang lain dan mampu menerima khayalan dan suka bercerita tentang hal-hal yang fantasis dan sebagainya. Fase praoperasional terbagi atas 2 subtahap yakni subtahap fungsi simbolis dan subtahap pemikiran intuitif.
3. Fase Operasi Konkret
Pada fase ini cara anak berpikir mulai logis. Bentuk aktivitas dapat ditentukan dengan peraturan yang berlaku. Anak masih berpikir harfiah sesuai dengan tugas-tugas yang diberikan kepadanya.
4. Fase Operasi Formal
Dalam fase ini anak telah mampu mengembangkan pola-pola berpikir formal, telah mampu berpikir logis, rasional, dan bahkan abstrak. Telah mampu menangkap arti simbolis, kiasan dan menyimpulkan suatu berita, dan sebagainya.
2.1.3. Menurut Ch. Buhler
Ch. Buhler membagi masa perkembangan dalam hidup seseorang sebagai berikut:
(Ibid, hal. 19)
3
1. Masa pertama, usia sampai 1 tahun.
Pada masa ini anak berlatih mengenal dunia lingkungan dengan berbagai macam gerakan. Belajar berjalan dan berbicara adalah dua peristiwa penting pada rentang ini.
2. Masa kedua, usia 2 sampai 4 tahun
Pada masa ini keadaan dunia luar semakin dikuasai dan dikenalnya melalui bermain, kemajuan bahasa, dan pertumbuhan kemauannya. Dunia luar dilihat dan dinilainya menurut keadaan dan sifat batinnya sendiri. Semua binatang dan benda mati disamakan dengan dirinya. Bila ia berusia 3 tahun ia akan mengalami krisis pertama (trotzalter I). Uraian lebih lanjut mengenai krisis I (trotzalter I) akan dijelaskan pada sub bab berikutnya.
3. Masa ketiga, usia 5 sampai 8 tahun
Masa ini ditandai dengan berubahnya keinginan bermain menjadi semangat bekerja, dan meningkatnya rasa tanggung jawab serta rasa sosialnya.
4. Masa keempat, usia 9 sampai 13 tahun
Keinginan untuk maju dan mulai memahami kenyataan mencapai puncaknya pada masa ini.
5. Masa kelima, usia 14 sampai 19 tahun
Ingin memberontak, gemar mengeritik, dan suka menentang merupakan beberapa ciri-ciri menonjol yang tampak pada masa ini.
2.1.4. Menurut Oswald Kroh
Oswald Kroh mendasarkan pembagian masa perkembangan dalam hidup manusia pada krisis-krisis yang dialami dalam proses perkembangan. Oswald tidak menggunakan istilah pubertas, ia menggunakan Trotz periode seperti pembagian di
bawah ini:
(Ibid, hal. 20-21.)
1. Trotz periode pertama
Anak mengalami masa krisis yang pertama ketika ia berusia 3 tahun. Oswald menyebutnya masa menentang. Trotzalter berasal dari kata trotz dan alter, yang berarti masa krisis. Ch. Buhler menyebut masa krisis pertama ini dengan sebutan “raja kecil”, yang suka memberi perintah di dalam rumah. Sementara itu, banyak juga yang menyebutnya dengan egosentris. Dikatakan egosentris (ego dan centrum) karena “aku”-nya sangat menonjol. Dalam sikap dan tingkah lakunya ia cenderung lebih mementingkan diri sendiri. Gejala-gejalanya berupa perubahan sikap dan tingkah laku. Bila sebelumnya ia termasuk anak yang penurut, sekarang sikapnya berubah menjadi tidak mau makan, tidak mau tidur, tidak mau mandi pada waktu yang sebenarnya sudah menjadi kebiasaannya sejak ia masih kecil. Tujuan yang terkandung dalam perubahan sikap itu ialah keinginan untuk memperoleh kebebasan.
2. Trotz periode kedua
Merupakan masa krisis kedua yang dialami anak ketika berusia 12 sampai 14  tahun. Oswald Kroh menyebutnya sebagai masa keserasian.
3. Trotz periode ketiga
Lebih tepat disebut sebagai masa kematangan daripada masa krisis. Anak mengalami masa ini pada akhir masa remajanya.