2.1.1.
Menurut Elizabeth Hurlock
Usia
2 sampai dengan 6 tahun merupakan masa awal kanak-kanak. Masa awal kanak-kanak
merupakan penutup masa bayi dan usia dimana ketergantungan telah dilewati,
digantikan dengan tumbuhnya kemandirian. Periode ini berakhir
menjelang
usia masuk Sekolah Dasar.
Ciri
masa awal kanak-kanak dapat terlihat dari sebutan-sebutan yang diberikan oleh
para orang tua, pendidik, dan psikolog. Para
orang tua menyebut masa kanak-kanak awal sebagai usia sulit yang banyak
mengundang masalah terutama berkaitan dengan masalah prilaku. Para
orang tua juga mengatakannya sebagai usia bermain sebab anak-anak banyak
menghabiskan sebagian besar waktunya dengan bermain. Menurut para pendidik,
usia 2 sampai dengan 6 tahun adalah usia prasekolah yang merupakan masa
persiapan sebelum memasuki kehidupan sekolah yang penuh dengan tekanan dan
tanggung jawab. Sementara itu, para psikolog menyebut masa ini dengan banyak
sebutan, yakni:
▪
Usia kelompok yang merupakan masa dimana anak-anak mempelajari dasar-dasar prilaku
sosial sebagai persiapan bagi kehidupan sosial yang lebih tinggi yang diperlukan
untuk penyesuaian diri sewaktu mereka memasuki kelas 1 sekolah dasar.
▪
Usia menjelajah sebab periode ini adalah masa dimana anak-anak ingin mengetahui
keadaan lingkungannya, bagaimana mekanismenya, bagaimana perasaannya, dan bagaimana
ia dapat menjadi bagian dari lingkungannya.
▪
Usia bertanya dimana anak berusaha menjelajahi lingkungannya dengan banyak bertanya.
▪
Usia meniru dimana anak-anak suka sekali meniru pembicaraan dan tindakan orang lain.
▪
Usia kreatif yang merupakan masa dimana anak-anak lebih menunjukkan kreativitas
dalam bermain dibandingkan dengan masa-masa lain dalam kehidupannya. Awal masa
kanak-kanak dianggap sebagai saat belajar yang tepat untuk mencapai berbagai
keterampilan sebab pada masa ini anak gemar melakukan kegiatan mengulang yang
penting untuk mempelajari keterampilan. Pada rentang usia ini, anak menjadi
pemberani dan senang mencoba hal-hal baru.
Selama
masa awal kanak-kanak, anak-anak memiliki keinginan yang kuat untuk belajar
berbicara. Hal ini disebabkan karena berlajar berbicara merupakan sarana pokok
dalam sosialisasi dan belajar berbicara juga merupakan sarana untuk memperoleh
kemandirian.
2.1.2.
Menurut Jean Piaget
Berdasarkan
penelitiannya, Piaget mengungkapkan bahwa kemampuan belajar dipengaruhi oleh
fase-fase perkembangan yang berkaitan dengan perubahan usia. Piaget membagi
perkembangan dalam hidup manusia menjadi 4 fase sebagai berikut:
(Zulkifli
L.,Psikologi Perkembangan, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005, hal. 21)
1.
Fase Sensori Motorik (usia 0-2 tahun)
Aktivitas
kognitif didasarkan pada pengalaman langsung panca indera. Aktivitas belum
menggunakan bahasa. Pemahaman intelektual muncul di akhir fase ini.
2.
Fase Pra Operasional (usia 2-7 tahun)
Anak
tidak terikat lagi pada lingkungan sensori. Kesanggupan menyimpan tanggapan
bertambah besar. Anak suka meniru orang lain dan mampu menerima khayalan dan
suka bercerita tentang hal-hal yang fantasis dan sebagainya. Fase
praoperasional terbagi atas 2 subtahap yakni subtahap fungsi simbolis dan subtahap
pemikiran intuitif.
3.
Fase Operasi Konkret
Pada
fase ini cara anak berpikir mulai logis. Bentuk aktivitas dapat ditentukan dengan
peraturan yang berlaku. Anak masih berpikir harfiah sesuai dengan tugas-tugas
yang diberikan kepadanya.
4.
Fase Operasi Formal
Dalam
fase ini anak telah mampu mengembangkan pola-pola berpikir formal, telah mampu
berpikir logis, rasional, dan bahkan abstrak. Telah mampu menangkap arti simbolis,
kiasan dan menyimpulkan suatu berita, dan sebagainya.
2.1.3.
Menurut Ch. Buhler
Ch.
Buhler membagi masa perkembangan dalam hidup seseorang sebagai berikut:
(Ibid, hal. 19)
3
1.
Masa pertama, usia sampai 1 tahun.
Pada
masa ini anak berlatih mengenal dunia lingkungan dengan berbagai macam gerakan.
Belajar berjalan dan berbicara adalah dua peristiwa penting pada rentang ini.
2.
Masa kedua, usia 2 sampai 4 tahun
Pada
masa ini keadaan dunia luar semakin dikuasai dan dikenalnya melalui bermain,
kemajuan bahasa, dan pertumbuhan kemauannya. Dunia luar dilihat dan dinilainya
menurut keadaan dan sifat batinnya sendiri. Semua binatang dan benda mati
disamakan dengan dirinya. Bila ia berusia 3 tahun ia akan mengalami krisis pertama
(trotzalter I). Uraian lebih lanjut mengenai krisis I (trotzalter I)
akan dijelaskan pada sub bab berikutnya.
3.
Masa ketiga, usia 5 sampai 8 tahun
Masa
ini ditandai dengan berubahnya keinginan bermain menjadi semangat bekerja, dan
meningkatnya rasa tanggung jawab serta rasa sosialnya.
4.
Masa keempat, usia 9 sampai 13 tahun
Keinginan
untuk maju dan mulai memahami kenyataan mencapai puncaknya pada masa ini.
5.
Masa kelima, usia 14 sampai 19 tahun
Ingin
memberontak, gemar mengeritik, dan suka menentang merupakan beberapa ciri-ciri
menonjol yang tampak pada masa ini.
2.1.4.
Menurut Oswald Kroh
Oswald
Kroh mendasarkan pembagian masa perkembangan dalam hidup manusia pada
krisis-krisis yang dialami dalam proses perkembangan. Oswald tidak menggunakan
istilah pubertas, ia menggunakan Trotz periode seperti pembagian di
bawah
ini:
(Ibid, hal. 20-21.)
1.
Trotz periode pertama
Anak
mengalami masa krisis yang pertama ketika ia berusia 3 tahun. Oswald menyebutnya
masa menentang. Trotzalter berasal dari kata trotz dan alter,
yang berarti masa krisis. Ch. Buhler menyebut masa krisis pertama ini dengan
sebutan “raja kecil”, yang suka memberi perintah di dalam rumah. Sementara itu,
banyak juga yang menyebutnya dengan egosentris. Dikatakan egosentris (ego dan
centrum) karena “aku”-nya sangat menonjol. Dalam sikap dan tingkah lakunya
ia cenderung lebih mementingkan diri sendiri. Gejala-gejalanya berupa perubahan
sikap dan tingkah laku. Bila sebelumnya ia termasuk anak yang penurut, sekarang
sikapnya berubah menjadi tidak mau makan, tidak mau tidur, tidak mau mandi pada
waktu yang sebenarnya sudah menjadi kebiasaannya sejak ia masih kecil. Tujuan
yang terkandung dalam perubahan sikap itu ialah keinginan untuk memperoleh
kebebasan.
2.
Trotz periode kedua
Merupakan
masa krisis kedua yang dialami anak ketika berusia 12 sampai 14 tahun. Oswald Kroh menyebutnya sebagai masa
keserasian.
3.
Trotz periode ketiga
Lebih
tepat disebut sebagai masa kematangan daripada masa krisis. Anak mengalami masa
ini pada akhir masa remajanya.
terima kasih atas infonya.
BalasHapus